Danau Batur
Propinsi Bali memiliki danau terluas yang merupakan danau kaldera dari Gunung Batur yang masih aktif yaitu Danau Batur. Kawasan Danau Batur merupakan kawasan yang sejak lama telah dimanfaatkan sebagai tempat pertanian sayuran maupun wisata karena terletak pada ketinggian diatas 1000 m diatas permukaan laut (dpl). Seperti kawasan wisata dan sumberdaya perairan yang lain pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan perairan danau untuk kegiatan perikanan akan mempengaruhi kelangsungan dan kelestarian perairan danau. Penelitian dilakukan dengan metoda survey lapangan (data primer) dan pengumpulan data sekunder.guna mengetahui kondisi limnologisnya, Hasil penelitian dari beberapa parameter menunjukkan kondisi perairan Danau Batur masuk dalam kategori eutrofik ringan hingga sedang. Kondisi Danau Batur yang merupakan sistem perairan tertutup dan tidak ada outlet sangat berpengaruh terhadap kualitas perairannya, tekanan akan semakin meningkat dengan adanya peningkatan aktivitas perikanan masyarakat dengan sistem karamba jaring apung (KJA). Maka diperlukan pengelolaan yang terpadu dengan melibatkan seluruh stakeholder agar fungsi danau tetap terjaga dan danau tetap lestari.
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel di D. Batur
Tipe | : Danau Kaldera |
Lokasi | : Kabupaten Bangli, Denpasar, Bali |
Ketinggian | : 1080 m dpl |
Luas | : 16,05 Km2. |
Kedalaman maks. | : 60 m |
Kondisi suhu perairan Danau Batur pada bulan Agustus 2008 berkisar antara 22,8 – 23,8 0C di permukaan hingga kedalaman Secchi, kemudian sampai ke dasar suhu berkisar antara 21,6 – 22,4 0C. Sedangkan bulan Oktober 2008 suhu perairan sedikit lebih hangat yaitu dari permukaan Sechii suhu berkisar antara 23,9 – 24,7 0C dan turun menjadi 22,30C pada kedalaman dasar. Profil suhu pada kolom kedalaman air Danau Batur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 menunjukkan adanya stratifikasi suhu yaitu lapisan epilimnion terjadi sampai kedalaman 10 m, lapisan termoklin terjadi pada kedalaman 10 m hingga 30 m , sedangkan 30 m sampai dasar perairan merupakan lapisan hipolimnion. Pola lapisan seperti ini merupakan fenomena yang biasa terjadi pada perairan danau.
Konsentrasi oksigen terlarut Danau Batur dari permukaan sampai kedalaman 20 m umumnya diatas 4 mg/l, kemudian terjadi penurunan yang signifikan mulai kedalaman 30 m yaitu menjadi 1,8 mg/l sampai kedalaman dasar menjadi 1,5 mg/l. Profil oksigen terlarut seperti ditunjukkan pada Gambar 2 merupakan bentuk kurva klinograde dimana terjadi konsumsi oksigen secara intensif pada daerah epilimnion, ciri ini merupakan profil oksigen yang umum dijumpai pada perairan yang sudah mengalami eutrofikasi. Secara umum konsentrasi oksigen terlarut perairan Danau Batur masih dapat mendukung kehidupan akuatik di dalamnya.
Hasil pengukuran kondisi pH perairan Danau Batur dari dua kali pengambilan sampel Agustus dan Oktober 2008 memiliki pola yang hampir mirip dimana pH pada permukaan lebih rendah dari pada kedalaman Secchi yaitu berkisar 8,26 – 8,54 (Agustus 2008) dan 8,3 – 8,7 (Oktober 2008) sedangkan pada kolom kedalaman dasar danau lebih rendah daripada kolom permukaan dan sechi yaitu berkisar 8,12 – 8,4 (Agustus 2008) dan 8,54 – 8,74 (Oktober 2008). Kisaran pH perairan Danau Batur masih dalam kisaran normal dan mendukung kehidupan biota akuatik. Nilai pH ini sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada kondisi pH rendah, selain itu juga akan mempengaruhi peningkatan sifat toksisitas logam yang ada dalam perairan (Novotny dan Olem, 1994).
Nilai konduktivitas perairan Danau Batur seperti ditunjukkan pada Gambar 2 berkisar antara 2,61 – 2,63 mS/cm (Agustus 2008) dan 2,08 – 2,12 mS/cm (Oktober 2008). Nilai konduktivitas untuk perairan alami berkisar antara 20 – 1500 µS/cm (Boyd, 1988). Jadi nilai konduktivitas di Danau Batur menunjukkan nilai yang tinggi dibandingkan kondisi perairan alami pada umumnya, hal ini disebabkan karena pengaruh mineral-mineral yang berasal dari areal disekitar Gunung Batur yang masih aktif.
Gambar 2. Profil suhu, oksigen terlarut (DO), pH dan kondiktifitas di D. Batur Kekeruhan (turbiditas) perairan Danau Batur seperti yang ditunjukkan Gambar 3 berkisar antara 2,5- 9,3 NTU (Agustus 2008), sedangkan pada kolom kedalaman sampai dasar danau diperoleh hingga 13 NTU. Nilai kekeruhan pada pengambilan bulan Oktober 2008 dari permukaan hingga kolom kedalaman cenderung stabil yaitu 1 – 3 NTU dan pada kedalaman dasar lebih tinggi yaitu antara 13 – 39,8 NTU. Kekeruhan pada perairan lentik (tergenang) seperti danau pada umumnya lebih banyak disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel halus.
Konsentrasi padatan tersuspensi (SS) perairan Danau Batur seperti ditunjukkan Gambar 3 pada permukaan relatif lebih rendah dari pada bagian dasar dan tengah yaitu 3 - 12,5 mg/l, dan pada dasar danau diperoleh konsentrasi hingga 73 mg/l. Sedangkan pada pengambilan bulan Oktober 2008 di permukaan konsentrasinya berkisar 6,8 – 8,8 mg/l, pada kolom kedalaman Sechii hingga mendekati dasar berkisar 3,6 – 7,8 mg/l dan pada kedalaman dasar konsentrasinya mencapai 100 mg/l.
GEOLOGI
Pemetaan geologi G. Batur (Gambar 6, 7 dan 8), telah dipetakan oleh Sdr. I.S. Sutawidjaja, dkk, (1990).
Kronologi kegiatan G. Batur
G. Batur merupakan gunungapi berkaldera dengan membentuk danau di bagian dalammnya. Kaldera Batur terbentuk dari dua periode, yaitu Kaldera Batur I dan Kaldera Batur II.
Pertumbuhan kerucut gunungapi purba dengan ketinggian lk. 300 m di atas muka laut. Sekitar 29300 tahun yang lalu terjadi letusan awan panas yang mengandung batuapung berkomposisi dasit, setelah letusan tersebut terjadilah amblasan pada bagian atas kerucut yang membentuk Kaldera Batur I, dengan G. Ambang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
Letusan besar kedua terjadi sekitar 20150 tahun yang lalu dengan komposisi yang sama dengan yang pertama, letusan ini diikuti dengan pembentukan beberapa kerucut dan kubah seperti G. Payang dang dan G. Bunbulan. Amblasan kedua terjadi dan membentuk Kaldera Batur II dengan kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir separuhnya. Amblasan kedua kalinya Kaldera I membentuk undak Kintamani di sebelah barat dan baratlaut di dalam kaldera.
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini terbentuk. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah-pindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan.
Menurut I.S. Sutawidjaja, 1990; kronologi pembentukan kaldera tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pertumbuhan kerucut gunungapi purba dengan ketinggian 300 m di atas muka laut.
2. Letusan awan panas batuapungan berkomposisi dasit pada 29300 tahun yang lalu.
3. Amblasnya bagian atas kerucut membentuk Kaldera I, dimana G. Abang (+2152 m) merupakan sisa tubuh kerucut purba.
4. Letusan besar kedua berkomposisi sama terjadi pada 20150 tahun yang lalu, diikuti pembetukan beberapa kerucut dan kubah seperti G. Payang dan G. Bunbulan.
5. Amblas kedua kalinya membentuk Kaldera II, dimana kerucut G. Payang dan G. Bunbulan ikut amblas hampir separuhnya.
6. Amblas kedua kalinya Kaldera I membentuk undak Kintamani di sebelah barat dan baratlaut di dalam kaldera.
7. Kegiatan purna kaldera ditandai pertumbuhan kerucut G. Batur hingga kini. Kegiatan ini diawali sekitar 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah-pindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strombolian.
Bentuk danStruktur
Menurut Kemmerling (1918) dan Stehn (1928), Kaldera Batur merupakan ketel raksasa berukuran 13,8 x 10 km. Kaldera ini tertutup dari segala arah, merupakan salah satu kaldera terbesar dan terindah di dunia (van Bemmelen, 1949). Pematang kaldera tingginya berkisar antara 1267 m 2152 m (Puncak G. Abang). Di dalam Kaldera I terbentuk Kaldera II yang berbentuk melingkar dengan garis tengah lk. 7 km. Dasar Kaldera II terletak antara 120 - 300 m lebih rendah dari Undak Kintamani (dasar Kaldera I). Di dalam kaldera tersebut terdapat danau yang berbentuk bulan sabit yang menempati bagian tenggara yang panjangnya lk. 7,5 km, lebar maksimum 2,5 km, kelilingnya lk. 22 km, luasnya lk. 16 km2. Tinggi permukaan air 1031 m di atas muka laut. Danau tersebut terjadi karena suatu penurunan dasar (“Slenk”, “graben”). Menurut van Bemmelen (1949) diperkirakan terbentuk bersamaan dengan pembentukan Kaldera II; menurut Stehn (1926) terbentuknya kemudian.
Kondisi Kawah
Kegiatan purna kaldera ditandai dengan pertumbuhan kerucut G. Batur. Kegiatan ini sekitar diawali 5000 tahun yang lalu oleh pembentukan kerucut G. Batur berkomposisi basal sampai andesit basalan. Kawah puncaknya berpindah berarah timurlaut - baratdaya antara G. Payang dan G. Bunbulan. Sejak tahun 1800 G. Batur telah meletus sekurang-kurangnya 28 kali, umumnya bersifat efusif (leleran lava) dan strobolian. leelran lava terbanyak terjadi pada bulan September 1963 menutupi daerah seluas lk. 5.967.550 m2. Lokasi kawah-kawah G. Batur dan penyebaran endapan leleran lava serta tahun kejadiannya dapat dilihat pada (Gambar 7 dan 8). Letusan terakhir terjadi 7 Juli 2000, sebanyak 3 kejadian, pusat letusan dari Kawah 1999. Letusan disertai lontaran piroklastik, seperti pasir, lapili dan bongkah mengendap dengan radius lk. 100 m dari bibir kawah. Asap letusan mencapai tinggi lk. 300 m di atas bibir kawah. Aktifitas vulkanik G. Batur purna letusan Juli 2000, berupa kegiatan solfatara di dalam kawah-kawahnya.
Sebaran Batuan Hasil Letusan G.Batur
Penyebaran batuan yang dihasilkan dari G. Batur dapat dibagi menjadi 5 periode yaitu :
Periode I Zaman tersier
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I (29300 tahun yang lalu)
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20150 tahun yang lalu)
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)
Periode I Zaman Tersier
Batuan tertua yang tersingkap adalah Endapan aliran piroklastik Bukit Jangkrik yang dicirikan dengan endapannya terpadatkan, sangat lapuk, memiliki perlapisan yang buruk dari batuapung berukuran abu hingga lapili dan litik andesitik yang mengandung augit, berwarna putih, abu-abu sampai kuning, dengan beberapa selingan lapisan litik. Batuan ini tersingkap di bagian selatan.
Batuan selanjutnya yang tersingkap adalah Lava Cempaga yang berkomposisi basal olivin holokristalin, berwarna abu-abu gelap dengan masadasar gelas vesikuler kuning sampai coklat, olivin (1-2 mm) merupakan fase fenokris dominan, sedangkan plagioklas dan klinopiroksen sangat miskin. Batuan ini tersingkap sedikit di bagian selatan.
Batuan mudanya adalah Lava Tejakulak yang tersingkap di bagian utara, tersusun dari basal olivin porfiritik, abu-abu cerah, fenokris (sekitar 40 %) dicirikan oleh olivin besar berbentuk euhedral - subhedral dengan plagioklas subhedral (kurang dari 2 mm).
Periode II Zaman Kuarter (Pra Kaldera)
Batuan yang tersingkap dari yang tertua sampai termuda adalah sebagai berikut : Endapan Aliran Piroklastik Tianyar yang tersebar di bagian timur, Kerucut Sinder Paleg yang tersebar di lereng timurlaut kaldera, Lava Gunung Abang yang tersusun dari porfiritik basal tersebara di bagian tenggara cukup luas dan endapan yang termuda adalah Lahar Tukad Daya yang terpadatkan.
Periode III Zaman Pembentukan Kaldera I ( 29300 tahun yang lalu)
Batuan tertua yang tersingkap selama pembentukan Kaldera I adalah Ignimbrit Ubud yang tersebar sangat luas di sebelah selatan di luar Kaldera. Batuan lainnya adalah Endpan Aliran Piroklastik Gretek tersebar di bagian luar kaldera sebelah timurlaut dekat pantai. Batuan yang tersingkap paling muda adalah Lava Tanjungbatu, tersebar di bagian utara hingga baratlaut, serta pada dinding Kaldera I
Periode IV Zaman Pembentukan Kaldera II (20150 tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini yang tertua adalah Ignimbrit Gunungkawi (Gki) dan Ignimbrit Batur (Bri) yang memiliki umur sama, Gki tersingkap di luar kaldera di bagian selatan tersebar sangat luas, hasil analisa 14c batuan ini memiliki umur 19600 + 690 (wk-1450), sedangkan Bri tersebar pada dinding Kaldera II bagian dalam. Batuan lebih mudanya lagi tersingkap adalah Ignimbrit Payang terdapat di dalam Kaldera I tersebar di sekitar G. Payang. Batuan yang tersingkap adalah Lava Payang tersingkap di sekitar G. Payang dan menyebar ke arah selatan.
Periode V Zaman Purna Kaldera (5500 tahun yang lalu)
Batuan yang tersingkap pada Zaman ini adalah batuan hasil letusan di dalam Kaldera I mungkin hasil dari pembentukan Kaldera III. Batuan yang tersingkap dari tua kemuda adalah: Lava Bunbulan yang tersingkap di sekitar G. Bunbulan sebelah timurlaut G. Batur, Endapan Surge Blingkang yang tersingkap di antara dinding Kaldera I dan II sebelah timurlaut G. Batur, Ignimbrit Blingkang bersifat andesitik tersebar menutupi endapan Surge Blingkang, Endapan Freatomagmatik Blingkang bersifat dasit dan andesitik tersebar luas di antara Kaldera I dan II sebelah utara hingga baratlaut G. Batur. Endapan Freatomagmatik Payang bersifat dasitik tersebar di dalam Kaldera I bagian barat hingga tenggara G. Batur. Endapan Jatuhan Piroklastik Panelokan tersebar luas keluar Kaldera I bagian baratlaut hingga baratdaya berkomposisi dasit. Endapan Jatuhan Penulisan tersebar menutupi sekeliling permukaan Kaldera I bagian luar. Maar Sampeanwani merupakan kelompok beberapa kawah di dalam kaldera dalam bentuk maar, umumnya hancur oleh leleran lava G. Batur. Yang terakhir adalah Kerucut Sinder Gunung Anti membentuk kelompok sinder di dalam Kaldera II.
Batuan yang tercatat dalam sejarah yang merupakan hasil letusan dari kerucut G. Batur adalah leleran lava, hasil letusan pada 1849, 1888, 1904, 1905, 1921, 1926, 1963, 1968, 1974, yang sebaran endapanya terbatas di dalam Kaldera II, seperti trelihat pada peta geologi dalam Kaldera Batur . Setelah letusan 1974 yang menghasilkan leleran lava, belum pernah terjadi lagi letusan yang disertai leleran lava. Letusan-letusan terakhir terjadi dalam tahun 1994, 1995, 1997, 1998, 1999 dan 2000, hasil letusannya berupa jatuhan piroklastik dan bom vulkanik yang menyebar dan mengendap hanya di skitar lubang letusan.
GEOFISIKA
Gaya Berat
Penyelidikan gayaberat (gravity) Kaldera Batur telah dilakukan oleh I. Yokoyama, dkk., dalam bulan September 1968. Alat yang digunakan adalah Model “G”, tipe La Caste & Romberg. Jumlah titik-titik pengukuran sebanyak 74 titik, termasuk titik-titik di luar Kaldera Batur, seperti di Gilimanuk, Bangli, Klungkung dan Rendang.
Di Kaldera Batur, anomali gayaberat naik ke arah timur, seperti terlihat pada (Gambar 10). Ke arah bagian timur mempunyai gradient yang curam (+ 30 mgal/3 km) pada undak Kintamani, terletak di antara dua dinding kaldera. Kemungkinan merupakan indikasi adanya pengumpulan massa di dalam dinding luar kaldera. Di bagian tengah kaldera, anomali sisa posistif naik sampai lebih dari 5 mgal, mungkin lebih di antara tendensi kenaikan di atas, yang mana tidak terlalu menonjol seperti di bagian barat. Pada rate tertentu kedua consentris Kaldera Batur ditunjukan oleh tipe anomali grafity tinggi menurut klasifikasi kaldera oleh salah satu penulis (Yokoyama, 1963).
Seismik
Pra Letusan 1994
Dari hasil interpretasi seismogram hasil rekaman seismograf MEQ-800 di Pos PGA Batur, selama kondisi aktif normal (Pra letusan 1994) gempa-gempa yang tercatat dalah jenis gempa vulkanik dangkal (tipe B0, vulkanik dalam (tipe A), tektonik lokal dan tektonik jauh.
Berdasarkan data jumlah gempa yang tercatat oleh seismograf di Pos PGA Batur, dalam kondisi aktif normal seismograf lebih banyak mencatat gempa tektonik dibandingkan dengan jenis gempa vulkanik. Sebagai contoh selama 1990 seismograf hanya mencatat 3 kejadian gempa vulkanik, kemudian tahun berikutnya 1991 hanya mencatat 1 kejadian. Sejak tahun 1992 seismograf mulai mencatat kecenderungan peningkatan jumlah gempa vulkanik, tetapi jumlah gempa tektonik masih mendominasi (Ganbar 12). Dalam kondisi aktif normal jumlah gempa vulkanik G. Batur berfluktuasi antara 0 - 11 kejadian per bulan, jenis gempa yang tercatat hanyalah gempa vulkanik dan tektonik. Gempa vulkanik G. Batur sebelum erupsi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal.
Pra erupsi G. Batur 1994, sejak awal tahun 1992 gempa vulkanik dangkal lebih dominan jumlahnya dibandingkan dengan gempa vulkanik dalam. Peningkatan jumlah gempa vulkanik dangkal terjadi pada bulan Agustus 1992, Juni dan Oktober 1993, Juni dan Juli 1994.
Data Magnituda gempa menunjukkan bahwa magnituda gempa vulkanik didomonasi oleh gempa dengan magnituda (M) = 2 Richter, walaupun ada beberapa yang mencapai lebih dari 3 Skala Richter, yang terjadi pada bulan Maret, Mei 1993 dan Februari 1994 masing-masing satu kejadian. Tetapi sejak Juni 1993 sampai Juli 1994 Magnituda gempa vulkanik di bawah 2 Skala Richter. Data tersebut dapat sebagai indikasi bahwa dalam kondisi aktif normal magnituda gempa vulkanik G. Batur umumnya di bawah 2 Sakal Richter.
Periode Letusan 1994 -2000
Sejak awal letusan G. Batur 1994, seismogram didominasi oleh gempa tremor vulaknik/letusan. Amplituda tercatat gempa tremor berikasar maksimum antara 2 - 25 mm. Sedangkan frekuensi gelombang gempa tremor berkisar antara 1,2 - 2 Hz. Ferkuensi 2 Hz umumnya terbaca pada gempa tremor vulkanik, frekuensi 1 - 1,5 Hz terbaca pada gempa tremor letusan.
Data gempa vulkanik menjelang letusan 8 November 1997, sejak Januari sampai dengan Oktober 1997 jumlahnya berfluktuasi antara 5 - 24 kejadian, kecuali bulan Oktober 1997 terjadi peningkatan jumlah gempa mencapai 3242 kejadian, yang mulai tampak meningkat sejak pertengahan bulan. Jumlah gempabumi vulkanik dalam mencapai puncaknya pada tgl. 27 Oktober 1997. Seminggu menjelang letusan, seismogram didominasi oleh gempa vulkanik dangkal yang meningkat cukup drastis. Data tersebut dapat sebagai indikasi aktivitas magma (sumber tekanan) relatif dangkal.
Setelah letusan 1997, kegempaan didamonasi oleh gempa tremor, kegiatan tersebut berlangsung sampai dengan terbentuknya Kawah 1998. Gejala gempa yang mendahului letusan 2 Juni 1998 adalah kejadian gempa vulkanik dalam yang tercatat pada tgl. 25 dan 31 Mei 1998, masing-masing 7 dan 2 kejadian, dengan magnitude maksimum 1,66 dan minimum 1,54 Sakal Richter, yang masing-masing menunjukkan suatu peningkatan magnituda.
Purna Letusan 2000
Jumlah gempa vulkanik purna erupsi, sejak awal tahun 2001, sejak Januari s/d April tercatat masing-masing 6, 10, 20 dan 6 kejadian per bulan. Sebagai bahan perbandingan jumlah gempa vulkanik dalam kondisi aktif normal pra letusan 1994 tercatat 0 - 11 kejadian per bulan, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan vulkanik G. Batur masih di atas aktif normal, yang dicirikan juga oleh tercatatnya gempa-gempa vulkanik jenis hembusan gas. Jenis gempa ini sifat fisiknya sama dengan jenis gempa letusan adalah sama-sama pelepasan gas. Antara jenis gempa letusan dan hembusan dapat dibedakan dengan cara mengamati bahwa gempa letusan secara visual teramati produk material letusannya (seperti asap, abu, lapili dan piroklastik lainnya), tetapi gempa hembusan gas tidak disertai oleh material letusan hanya kadang-kadang disertai suara dentuman atau desisan.
Dari hasil pengolahan data gempa periode Agustus - September 2000, teramati bahwa sumber gempa vulkanik G. Batur, pada kedalaman antara 2 - 5 km di bawah puncak G. Batur. Data ini menunjukkan bahwa pusat aktifitas vulkanik G. Batur bawah permukaan relatif dangkal.
Deformasi
Pengukuran EDM
Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang baik faktor ketinggian dari titik yang dipasang adalah memegang peranan penting, untuk mendapatkan titik ketinggian yang sebenarnya maka harus mengacu pada titik triangulasi yang ada di peta. Pada penelitian ini titik triangulasi yang dipakai yaitu yang terdapat di G. Bunbulan, dimana lokasi DBT4 terdapat, yaitu pada ketinggian 1300 m dpl.
Pengukuran Levelling
Pengukuran leveling dilakukan pada lokasi jalan menuju ke kawah G. Batur, berarah radial terhadap kawah dengan jarak antar titik ukur antara 250 m sampai dengan 300 m, data dari hasil pengukuran levelling dihitung ulang dan dilakukan koreksi, sehingga diperoleh beda tinggi aetiap titik ukur seperti yang terlihat pada. Pada pengukuran berikutnya diharapakan akan dapat mengetahui terjadinya perubahan vertikal dari titik ukur tersebut, dengan ditempatkannya titik ukur ini dengan arah radial terhadap kawah, maka titik ukur yang paling dekat dengan kawah atau sumber tekanan akan berubah lebih besar dibanding yang jauh dari sumber tekanan tersebut, walaupun untuk hal ini sumber tekanan masih belum diketahui, tetapi keberadaan kawah setidak-tidaknya dapat sebagai indikasi sebagai tempat yang paling dekat dengan posisi sumber tekanan, dengan penempatan titik-titik ukur dalam arah radial terhadap kawah maka perubahan yang terjadi pada setiap titik ukur dipermukaan dapat mewakili kondisi mengenai tekanan internal tersebut.
Penyelidikan GPS
Pengukuran GPS di G. Batur pertama pada bulan Mei 1999, dimana G. Batur dalam kondisi aktif (meningkat kegiatannya), dan pengukuran kedua pada bulan Februari 2001, dimana G. Batur kegiatannya dalam konsisi menurun (aktif normal). Hasil dari dua kali pengukuran menunjukkan bahwa jaringan GPS teramati terjadi proses deflasi dengan magnitude pada 0,8 - 6 Cm dalam dua tahun. Dalam hal pergerakan horizontal dicirikan oleh arah radial menuju ke kawah G. Batur. Berdasarkan hasil pengolahan data GPS, sumber tekanan diperkirakan berada di bawah Kawah Batur I, dengan kedalaman lk. 8 km dari dasar kaldera.
Geomagnit
Dari hasil penelitian geomagnetik G. Batur yang dilakukan oleh Sdr. Salman Palgunadi (1996). Harga anomali tinggi terlihat melingkari G. Batur, yang ditengahnya ditunujukkan oleh anomali rendah. Kondisi tersebut erat hubungannya dengan kondisi struktur batuan dibagian bawahnya. Diperkirakan bahwa G. Batur telah mengalami letusan yang dasyat dimasa lampau, dengan meninggalkan batuan-batuan masif dari dinding kaldera yang membentuk relatif melingkar, sedangkan bagian tengahnya terjadi kekosongan dan terisi oleh material-material piroklastik hasil letusannya, serta dibagian timur tertinggal Danau Batur.
Aktivitas G. Batur saat ini menempati bagian dalam dari lingkaran kaldera tersebut di atas. Sedangkan kemungkinan perpindahan pusat aktivitas G. Batur diwaktu mendatang akan masih dikontrol oleh dinding kaldera dibagian barat, sehingga akan mengikuti arah dari bentuk kaldera yaitu baratdaya-timurlaut.
Potensial Diri
Pengukuran metoda potensial diri (SP) di G. Batur dilakukan pertama kali pada bulan Desember 1992 oleh Sdr. I.N. Dana, dkk. dari Direktorat Vulkanologi. Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan data SP yang akan dijadikan acuan metoda SP, bila suatu saat nanti terjadi peningkatan aktivitas dan merupakan pendahuluan untuk pengamatan G. Batur dengan metoda SP. Hasil pengukuran diperlihatkan berupa profil yang melintas secara radial, dimulai dari kaki gunung menuju kawah.
Daftar Acuan:
· Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Batur, Propinsi Bali, 1998. Direktorat Vulkanologi.
· Hamidi,S. dkk.,m 1970; Pemeriksaan kawah-kawah G. Batur, Bali tahun 1970 dan Daerah Bahaya. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 1994. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1979; Data Dasar Gunungapi Indonesia. Publ. Khusus Dirtektorat Vulkanologi, p.378 – 386.
· Padang, M.N.V., 1951; Catalogue of Active Volcanoes of The World Including Solfatara Fields, Part I, pp. 159 – 162.
· Purbawinata, M.A., 2001; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna Letusan 7 Juli 1994 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur, Bali, September 1968. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1975; Pemetaan topografi penmyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali. Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C. dkk., 2001; Pengamatan Seismik G. Batur dan G. Agung, Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Suryo, I., 1985; G. Batur, Bulletin of Volcanological Survey of Indonesia, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus, Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 2000; A Guide to the geological phenomeaof Batur Caldera, Bali, Indonesia, IAVCEI GENERAL ASSEMBLY 2000. Tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1994; Laporan Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Direktorat Vulkanologi, No. 68/DV/1994, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1996; Pemeriksaan Kawah dan Penmgamatan Gempa G. Batur, September 1996. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1997; Peningkatan Kegiatan G. Batur Oktober 1997, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 –1998, di P. Bali, Juli – Agustus 1998. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
DAFTAR PUSTAKA
· Bronto, S. & Martono, A., 1998; Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Batur, Propinsi Bali, 1998. Direktorat Vulkanologi.
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, Edisi Khusus. Direktorat Vulkanologi, No. 158.
· Sutawidjaja, I.S., 1992; Peta Geologi Kaldera Batur, Bali, Indonesia. Direktorat Vulkanologi.
· Chainago, R., dkk., 1990; Pemetaan Geologi Komplek Kaldera G. Batur dan sekitarnya, Bali, 1990. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Chainago, R., 1981; Penelitian hasil penafsiran citra landsat dan potret udara G. Batur dan sekitarnya, tahap ke II, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Dana, I.N. dkk., 1993; Penukuran metoda potensial diri di G. Batur, Bali, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Darmawan, D., dkk., 2001; Deformation of Batur Volcano Inferred from GPS Measurements. Prosiding Himpunan Ahli Geofisika Indonesia, Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-26, Jakarta 3-4 Oktober 2001.
· Hamidi, S., 1970; Pemeriksaan kawah-kawah G. Batur, Bali, Tahun 1970, dan daerah bahayanya, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Ilyas, M.E., 1989; Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Batur, Kabupaten Bangli, tgl. 5 Juni 1989, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kadarstia, E. dkk., 1993; Penyelidikkan Petrokimia Batuan G. Batur, Bali, Nopember 1993, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kamid, M., 1984; Geodinamika Gunungapi Komplek Agung dan Batur, P. Bali, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Karsana, A.A., 1994; Kegiatan G. Batur 7 Juli 200, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Kemmerling, G.L.L., 1982; Gunungapi Batur dan Agung di Bali (1917), 1982.
· Kusumadinata, K. 1962; Nota peninjauan singkat ke danau Batur - Bali, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Kusumadinata, K., 1964; Nota Umum mengenai Aktivita efusiva tahun 1963 di dalam Kaldera G. Batur (Bali), Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Marinelli, G. dan Tazieff, H., 1968; L’Ignimbrite et la Caldera de Batur, Bali, Indonesia, Bull. Volc. Tome XXXII - 1, 1968, pp. 89 - 120.
· Mawardi, dkk., 1990; Petrokimia G. Batur dan sekitarnya, 1990, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Nasution, A., 1993; Mt. Batur and Mt. Agung. Aguide Book of Bali Excursion Prepared for BHP Minerals on 5 Fbruary 1993.
· Olas, M., dkk., 1990; Pemasangan seismograf dan pemriksaan G. Batur, Januari 1990, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Padang, M.N.V., 1951; Catalogue of Active Volcanoes of The World Including Solfatara Fields, Part I, pp. 159 - 162.
· Priatna, dkk., 1993; Penyelidikkan Kimia Gas G. Batur, Bali, 1993, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Purbawinata, M.A., 2001; Evaluasi Kegiatan G. Batur, Purna Letusan 7 Juli 2000 s/d April 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Purbawinata, M.A., 2001; Penurunan Status Kegiatan G. Batur, 3 Mei 2001. Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Samuel , 1968; Penyebaran lava G. Batur (Bali) 1968, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sean Bulletin, 1989; Batur : Thermal activity. Sean Bulletin vol. 14, no. 11, Nov. 1989 : pp. 11.
· Sobana, dkk., 1995; Pemetaan situasi topografi puncak G. Batur, Bali, 1995, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sriwana, T., 1991; Penyelidikkan Kimia Gas dan Air G. Batur, Bali, 1991, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1968; Hasil pengukuran aliran lava G. Batur (Bali) pada bulan September 1968, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1974; Pemetaan penyebaran aliran lava 1974, G. Batur, Bali, bulan Juni 1974, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Sudarso, 1975; Pemetaan tiopografi penyebaran leleran lava 1974, G. Batur, Bali, Agustus - September 1975, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Suganda, dkk., 1995; Penelitian deformasi G. Batur dengan metode EDM dan Leveling, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Sulaeman, C., dkk., 1996; Pemeriksaan kawah dan pengamatan gempa G. Batur, September 1996, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Suryo, I., 1959; Pemeriksaan Danau Batur (Bli) dalam bulan Agustus 1959, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Suryo, I., 1985; G. Batur, Bulletin of Volcanological Survey of Indonesia, 1985, No. 106, pp. 79-85.
· Sutawidjaja, I.S., 1990; G. Batur, Berita Berkala Vulkanologi, No. 158.
· Tulus, dkk., 1992; Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, 1992, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1994; Pengamatan Gempa dan Pemeriksaan Kawah G. Batur, Agustus - September 1994, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, dkk., 1996; Pemeriksaan Kawah dan Pengamatan Gempa G. Batur, September 1996, Laporan Direktorat Vulknaologi, tidak diterbitkan.
· Tulus, 1997; Peningkatan Kegiatan G. Batur Oktober 1997, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak ditebitkan.
· Tulus, dkk., 1998; Evaluasi Kegiatan G. Batur 1994 - 1998, di P. Bali, Juli - Agustus 1998, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Wenten, I.M., dkk., 1985; Pemeriksaan kawah dan pengukuran suhu G. Batur, Laporan Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan.
· Wheller, G.E., anad Varne, R., 1986; Genesis of dacitic magmatism at Batur Volcano, Bali, Indonesia: Implications for the origins of strato volcano calderas. Departement of Geology, university of Tasmania.
· Wikartadipura, S., 1973; Pemriksaan G. Batur , Bali, Laporan Direktorat Geologi, tidak diterbitkan.
· Yokoyama, I. & Suparto, S., 1970; A Gravity Survey on and around Bature Caldera, Bali. Bull. of the Earthquake Research Institute, Vol. 48, 1970, pp. 317 - 329.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar