Entri Populer

Minggu, 28 Februari 2016

Rio Haryanto joins Manor as Indonesia’s first F1 driver

Jakarta, Feb 20, 2016 — Rio Haryanto will become Indonesia’s first Formula One driver after signing a deal with Manor Racing, the back-of-the-grid team announced.
The 23-year-old Haryanto will make his race debut in Australia when the season starts on March 20.

“Melbourne will be a huge moment for me, my country, supporters and fans and I want to thank everyone who’s been with me since I started in single seaters; 2016 is my chance to reward that faith and represent Asia in F1,” Haryanto said.
His signing as team mate to German rookie Pascal Wehrlein completes the grid for the 2016 season.
Haryanto, who finished fourth in the GP2 feeder series last season with three race wins, will be the third Southeast Asian driver to compete in Formula One since the championship started in 1950.
The other two were Malaysian Alex Yoong, with Minardi in 2001-2002, and Thailand’s Prince Bira (Birabongse Bhanudej) in the 1950s.
Haryanto was already the first Indonesian to drive a Formula One car, having tested with Manor’s predecessors Virgin Racing in 2010.
The Indonesian’s arrival in Formula One spells disappointment for Britain’s Will Stevens, American Alexander Rossi and Spaniard Roberto Merhi, who all raced for Manor last season when the team was known as Marussia.
“Rio’s huge following in Indonesia is great for the team and for F1. They are keen to see him on the grid and we’re confident that we’ll see him enjoying some exciting battles in the year ahead,” Manor owner Stephen Fitzpatrick said.
Manor failed to score a point in 2015 but have rung the changes since then, with new management and drivers as well as Mercedes engines in place of aging Ferrari ones.
Haryanto’s place in the team had depended on raising funds in Indonesia, with Manor seeking 15 million euros ($16.71 million) according to local media.
The driver has been backed by state-owned Indonesian oil and gas company Pertamina but it was not immediately known how much they had contributed towards securing the drive.
http://gasiantimes.com/sports/rio-haryanto-joins-manor-as-indonesias-first-f1-driver/

F1 Teams Unveil 2016 Cars At Winter Testing



Published on Feb 22, 2016
Day one of winter testing in Barcelona saw F1 teams show off their brand new cars...

For more F1® videos, visit http://www.Formula1.com

Follow F1® on Twitter: http://www.twitter.com/F1

Follow F1® on Instagram: http://www.instagram.com/F1 

8 Fakta Menarik Rio Haryanto Tampil di F1


Liputan6.com, Jakarta - Pembalap asal Indonesia, Rio Haryanto secara resmi bakal berkiprah di balapan Formula One (F1) pada tahun ini. Pembalap berusia 23 tahun ini akan berada di balik kemudi mobil tim Manor Racing selama satu musim balap. 

Rio Haryanto mesti membayar 15 juta euro kepada Manor demi satu tempat di kursi balap mereka. Namun, pembayaran tersebut dilakukan Rio dengan dicicil dengan syarat yang sudah ditentukan.



Tahun lalu, Rio tampil di ajang GP2 bersama tim Campos Racing. Pembalap kelahiran Solo ini pada GP2 2015 finis di peringkat keempat klasemen dengan mengoleksi 132 poin dari 20 balapan. 

Hari ini (19/2/2016), Rio Haryanto berangkat ke Barcelona untuk melakoni tes bersama Manor selama tiga hari. Setelah itu, Rio dan rekan setimnya, Pascal Wehrlein akan diperkenalkan sekaligus dalam peluncuran mobil MRT05 milik Manor yang akan dipakai balapan sepanjang tahun ini. 

Namun, Rio Haryanto mesti bekerja keras untuk setidaknya mendapat poin dari balapan selama F1 2016. Bukan apa-apa, musim lalu Manor gagal mengoleksi satu poin sepanjang F1 tahun 2015.


Rio Haryanto juga memiliki sejumlah fakta menarik ketika dia resmi membalap di ajang F1 bersama Manor Racing. Berikut daftar fakta menariknya: 

1. Rio Haryanto menjadi pembalap Indonesia pertama yang berkiprah di ajang F1. 

2. Tahun ini, hanya Rio haryanto satu-satunya pembalap dari Asia yang tampil di F1. 

3. Rio Haryanto finis di posisi keempat dalam klasemen GP 2 musim lalu. 

4. Rio Haryanto menyukai angka 8, oleh karena itu nomor mobilnya di Manor menggunakan 88. 

5. Rio Haryanto menjadi pembalap ketiga dari Asia Tenggara yang tampil di F1 setelah Birabongse Bhanudej  dari Thailand dan Alex Yoong dari Malaysia. 

6. Rio Haryanto sudah membalap di karting sejak usia 6 tahun. 

7. Rio Haryanto sering menempel ayat kursi di mobil balapnya. 

8. Sudah 15 tahun Rio Haryanto terjun di dunia balap.

http://bola.liputan6.com/read/2440497/8-fakta-menarik-rio-haryanto-tampil-di-f1?p=1

3 Juara Dunia F1 yang Memulai Karier seperti Rio Haryanto

Liputan6.com, Jakarta - Bukan rahasia lagi Formula One (F1) olahraga yang sangat mahal. Perlu biaya besar bagi sebuah tim yang hendak berkiprah di ajang yang kerap disebut sebagai adu balap jet darat ini. 


Bahkan, tak jarang seorang pembalap harus membayarkan uang demi bisa tampil di Formula One. Para pembalap yang membayar untuk mendapat kursi di sebuah tim F1 dikenal dengan sebutan pay driver.


Langkah ini pula yang digunakan oleh pembalap asal Indonesia, Rio Haryanto,untuk bisa berkiprah di F1 dan bergabung dengan Manor. Dalam dunia F1, prestasi dan potensi saja tidak saja cukup, pembalap butuh sponsor yang kuat.  


Uang yang dikeluarkan pembalap tersebut nantinya dipakai tim untuk membeli mesin serta pengembangan mobil mereka selama balapan F1 satu musim. Namun, Rio tak perlu berkecil hati karena memulai karier di F1 sebagai pay driver. 

Sebab, sejumlah pembalap top juga berstatus sebagai pay driver ketika memulai debut di ajang F1. Bahkan, tidak sedikit pay driver yang mampu menjadi juara dunia ajang balap jet darat ini. Berikut 3 pembalap pay driver yang mampu menjadi juara dunia:

3. Fernando Alonso


Fernando Alonso bergabung dengan Minardi pada 2001 sebagai pay driver. Bakat pembalap asal Spanyol ini sudah terlihat ketika dia mendapat tes mengendarai mobil F1 Minardi pada 1998. 



Meskipun pada musim perdananya di F1 Alonso tidak berhasil mengoleksi satu poin pun untuk Minardi, penampilannya banyak dipuji. Musim berikutnya, Alonso langsung pindah ke Renault sebagai pembalap penguji. 



Pada tahun 2003, Alonso langsung mendapat kursi balap di tim Renault dan mengakhiri musim 2003 di peringkat keenam klasemen. Baru pada 2005 Alonso keluar sebagai juara dunia F1. Setahun kemudian Alonso mengulangi suksesnya tersebut. 



Kini, Alonso membela McLaren Honda setelah enam musim berada di balik kemudi tim Scuderia Ferrari. Bersama Ferrari, Alonso tiga kali menjadi runner-up dan tak sekalipun menjadi juara dunia F1.

2. Niki Lauda

Sepanjang kariernya di ajang F1, Niki Lauda telah mengoleksi tiga gelar juara dunia. Tapi, siapa yang menyangka Lauda mengawali karier balapnya sebagai pay driver sebelum namanya dikenang sebagai legenda F1. 

Lauda meminjam uang dari asuransi jiwanya untuk mengamankan kursi balap di Formula 2 dan Formula 1, sebelum dia mampu tampil impresif di lintasan. Pada 1974, Lauda bergabung dengan Ferrari dan mulai membuktikan diri sebagai pembalap yang sangat berbakat dan menjanjikan.

Setelah menandatangani kontrak dengan Ferrari, Lauda langsung bisa melunasi utang dari asuransi jiwanya. Lauda menjadi juara dunia F1 pada  1975, 1977, dan 1984.

Dia sempat mengumumkan pensiun dari dunia balap F1 pada 1979, setelah merasa mobilnya tidak mampu bersaing. Namun, pada 1982 Lauda melakukan comeback dan merebut gelar juara dunia F1 ketiganya pada 1984.

1. Michael Schumacher

Pada 1991, Michael Schumacher memulai debutnya di ajang F1 bersama Jordan Ford di Grand Prix Belgia. Untuk bisa menjadi pembalap F1, Schuamcher mesti membayar 150 ribu dolar kepada Jordan. 

Menariknya, Schumacher kala itu bergabung dengan Jordan untuk menggantikan Bertrand Gachot, yang dipenjara. Pada debutnya, Schumacher juga mesti keluar dari balapan pada lap pertama karena masalah kopling. 

Kala itu, Pembalap asal Jerman tersebut mengemudikan mobil Jordan dengan nomor 32. Meski gagal finis di GP Belgia, Schumacher sudah mengesankan saat sesi kualifikasi dengan memulai balapan dari urutan ketujuh. 

Schumacher langsung mendominasi F1 pada 1994 dan 1995 dengan menjadi juara dunia bersama Benetton. Performa gemilangnya itu membuat dia dikontrak tim kaya Scuderia Ferrari. Bersama Ferrrari, Schumacher kemudian merebut lima gelar juara dunia F1.


http://bola.liputan6.com/read/2438666/3-juara-dunia-f1-yang-memulai-karier-seperti-rio-haryanto?p=3




Calon Tim Rio Haryanto Diperkuat Eks McLaren dan Ferrari

Harga Kursi Rio Haryanto di Tim Manor Merusak GP Formula 1 ???


Dalam beberapa hari belakangan ini, Media asing diramaikan dengan adanya pemberitaan tentang penolakan dari Direktur Eksekutif Mecedes Toto Wolf yang menolak membayar mahal untuk mempromosikan test driver mereka Pascal Wehrlein untuk menjadi pembalap dari tim Manor pada musim balap F1 GP 2016 nanti. Seperti yang diberitakan sebelumnya untuk memesan satu kursi di tim Manor ini, tim Mercedes hanya mengangarkan dana sebesar 4 juta euro saja. 

Tentu angka itu jauh berbeda dengan apa yang dikeluarkan Rio Harianto untuk dapat bergabung dengan tim Manor ini yaitu sebesar 15 juta euro. Toto Wolf mengaku kaget dan menganggap apa yang dilakukan Rio Harianto yang memang mendapat dukungan penuh pemerintah Indonesia ini tak masuk akal dan ditakutkan justru akan merusak F1 sendiri. "Dengan angka yang disebutkan di media untuk membeli satu kursi, rasanya itu seperti hendak menghancurkan F1," ungkap Toto dikutip Autosport. 

Dikatakan juga bahwa taktik Manor ‘mengakali pembiayaan’ dengan meminta uang kepada Rio Haryanto itu bisa jadi merusak F1 di kemudian hari. Jadi dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pembalap yang memiliki kesiapan secara finansiallah yang justru berpeluang dipilih oleh sebuah tim kecil (Pengembira) ketimbang pembalap yang penuh bakat tapi dananya terbatas. Sementara terkait dengan apa yang dikeluhkan bos Mercedes tersebut menurut manajer Rio yang juga ibunya sendiri justru "Sejak awal Manor sudah kasih penawaran untuk kami sekitar 15 juta euro,"  Yang pasti dengan adanya penolakan bos Mercedes itu tentu peluang Rio Haryanto tampil di ajang balap paling glamour dimuka bumi ini akan menjadi semakin terbuka lebar. Karena selain mengantongi dukungan pemerintah untuk mendapatkan dana tambahan dari sponsor, persaingan dalam memperebutkan kursi di tim Manor F1 juga menjadi berkurang. 

Memang untuk masuk ke F1 2016 mendatang, Rio Haryanto harus menyetorkan uang sebesar 15 juta euro atau setara dengan Rp.227,1 Miliar Rupiah kepada Manor dan harus diakui bahwa angka 15 juta Euro jelas merupakan jumlah yang fantastis. Uang tersebut nantinya akan digunakan untuk membiayai semua kebutuhan Rio disepanjang musim balap GP Formula 1 2016 nanti.

Sampai saat ini dana yang baru terkumpul adalah baru dana dari sponsor yaitu Pertamina sebesar 5 juta euro, beruntung dari berita terakhir tim Manor dikabarkan memberikan dispensasi/keringanan bagi Rio terkait dengan pembayaran uang muka sehingga peluangnya bagi Rio untuk tampil di F1 menjadi semakin lebih besar lagi seperti yang disampaikan oleh Menpora "Manor memberikan kami dispensasi, tidak harus membayar uang muka 40 persen. Jadi untuk uang muka, kami bisa membayar 3 juta euro saja. Ini sedikit meringankan," kata Menpora Imam Nahrawi Minggu pagi (27/12). "Manor sudah memberikan ruang yang luas bagi keterlibatan Rio. Hal itu terjadi karena pemerintah sudah menjamin dan mendukung Rio. Kita juga tidak berhenti untuk berusaha mencari saudagar dan pengusaha untuk memcahkan masalah ini," tutur Imam, dengan demikian tentu Rio semakin dekat dengan mimpinya untuk bisa tampil pentas F1 apa lagi mendapat dukungan pemerintah dalam upaya mencari sponsor. Sementara itu, Menpora Imam Nahrawi seperti diberitakan terus berusaha mencari formula yang cocok untuk dapat memenuhi persyaratan dari pihak Manor tersebut, khususnya terkait dengan permasalahan dana. Hal yang dilakukan Menpora antara lain dengan mengajak para pengusaha ikut membantu meringankannya serta juga meminta bantuan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk dapat mewujudkan mimpi Rio menjadi pembalap GP Formula 1 tahun depan itu. 

Dari kabar terakhir, Rio juga diberitakan telah menandatangani kontraknya dengan tim Manor tersebut namun hal itu belumlah bisa dikatakan menjamin bagi Rio untuk dapat resmi tampil di ajang balap F1 itu nanti karena Rio juga masih harus menunggu verifikasi dari panitia dan juga FIA. Perlu diketahui bahwa seluruh pebalap yang ingin berkiprah di F1 ini lazimnya memang bergabung dengan tim papan bawah dulu, tapi tentu pertanyaannya apakah ada yang ‘keliru’ dengan sistem perekrutan pebalap seperti itu dengan membayar untuk dapat tampil di balapan F1 ini? Dan memang harus diakui pada kenyataannya tim papan bawah seperti Manor ini tidak memiliki anggaran dana yang cukup untuk bisa tampil disepanjang musim GP F1 ini karena memang besarnya biaya yang dipatok dalam regulasi F1 itu sendiri. Untuk mengetahui lebih jelas kenapa seorang pembalap pemula harus membayar mahal untuk dapat tampil di ajang team Formula 1 ini seperti yang dilakukan Rio?. Bukannya malah Rio harus dibayar dengan kontrak sebagai pembalap. Untuk itu mari kita cari tau penyebabnya karena hal ini sesungguhnya sudah dianggap lazim berlaku pada ajang balap paling glamour ini. Grand Prix Formula 1 ini merupakan olahraga sangat mahal, bahkan konon katanya seorang Valentino Rossi pun menulis dalam buku biografinya yang menyatakan bahwa dia harus mengubur cita-citanya untuk menjadi pembalap Formula 1 karena saking besarnya dana yang dibutuhkan. 

 Sistem perekrutan pembalap dalam GP Formula1 ini ada dua yaitu pertama dengan jalan perekrutan yaitu model “pay driver” berikutnya yang kedua melalui program pengembangan pembalap yang dilakukan tim pabrikan. Pay Driver, hampir 80 persen dari pembalap di F1 saat ini merupakan pembalap yang berasal dari model perekrutan Pay Driver, yaitu membawa dana untuk timnya baik itu dalam bentuk sponsor ataupun dana dari pihak lain seperti pemerintah. Karena memang dana yang dibutuhkan untuk sebuah tim balap di GP Formula 1 ini sangatlah besar. 

Untuk satu musim konon katanya kebutuhan dana bagi tim mencapai angka 3,2 triliun Woww… ingat itu hanya bagi tim kecil yang tak lebih dari tim pengembira dalam ajang balap ini, sementara untuk tim besar seperti Red Bull, Mac Laren, Mercedes dan Ferrari tentu angkanya akan jauh lebih besar lagi. Pay Driver atau pembalap yang membawa dana itu memang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan sebuah tim dalam menjalani musim balapan, jadi kalau pembalap hanya berbekal talenta saja tentu belum cukup untuk dapat tampil di balap jet darat ini. Sekedar catatan diawal karirnya Michael Schumacher dan Niki Lauda juga berawal dari perekrutan model ‘pay driver‘ini. begitu juga dengan Pastor Maldonado yang menurut berita membawa dana hingga mencapai 30 juta poundsterling permusim bagi timnya dana itu bersumber dari perusahaan minyak nasional di Venezuela tentu hal ini jelas atas dukungan pemerintah disana. Termasuk juga dengan Sergio Perez yang juga di-support sepenuhnya oleh pemerintah Meksiko. Dengan demikian jelas sekali bahwa bakat/talenta pembalap saja tidak cukup bisa dijadikan sebagai modal bagi pembalap yang ingin terjun ke ajang balap paling glamour ini. Jadi memang harus ada media atau sarana yang dapat mengantarkannya menuju kesana dan jangan kaget kalau ternyata memang untuk menembus jadi pembalap di Formula 1 itu tidaklah semudah yang dibayangkan. 

Dan pertanyaan berikutnya adalah kalau tetap mengeluarkan dana yang besar untuk jadi pembalap di GP Formula 1 ini, kenapa Rio tidak langsung saja ke tim besar sehingga peluang juarapun semakin besar? Jawabanya tentu saja jika Rio ingin mendapatkan tim besar dan kompetitif. Dana yang dikeluarkanpun juga harus atau akan lebih besar dari 15 juta Euro (227,1 Milyar rupiah). Bahkan seperti yang pernah diberitakan tim sebesar Force India saja sebelum ini dikatakan meminta sumbangan dana hampir 25 juta Euro kepada Rio, hal inilah yang katanya menjadi alasan bagi Rio mundur dan lebih memilih tim Manor yang permintaan dana sumbangan sedikit lebih ringan. Jadi kesimpulanya adalah bagi calon pembalap Grand Prix Formula 1 yang hanya bermodalkan/mengandalkan bakat saja tanpa dukungan finansial atau membawa dana yang cukup untuk jadi pembalap Formula 1 tentu tidaklah akan cukup. Kecuali kalau dari awal si pembalap sudah mengikuti model pengembangan pembalap dari tim pabrikan. Dan tentu peluang ini jauh lebih kecil karena sejak awal harus sudah ikut dalam penjenjangan yang biasanya diatur sebuah brand pabrikan apa lagi pada faktanya memang porsi pembalap seperti itu hanya 20 persen dari para pembalap yang saat ini berlaga di GP Formula 1 ini. 

Beruntung Rio mendapat dukungan penuh dari Sponsor dan pemerintah. Seperti yang sudah diberitakan Pertamina sudah menggelontorkan dana 5 juta euro untuk membantu Rio, dan Rio sendiripun katanya sudah mendatangi 22 perusahaan swasta untuk mendapatkan dukungan sponsorship atas kebutuhannya tersebut. Harapan harapan kita semua tentu adalah semoga saja perjuangan yang dilakukan Rio Haryanto ini nantinya membuahkan hasil sehingga jika Rio jadi bergabung dengan tim Manor di musim balap Grnd Prix Formula1 2016 nanti, sekaligus atas keberhasilan itu Rio Hariyanto akan tercatat dalam sejarah dunia balap di Republik ini sebagai orang pertama yang pernah tampil di panggung balap ‘jet darat’ paling bergengsi dan termahal sejagat ini. Selamat menikmati.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hr76211/harga-kursi-rio-haryanto-di-tim-manor-merusak-gp-formula1_5680c4ea9993737e29a49ea1


Satu Indonesia Bersama Rio Haryanto


Published on Dec 14, 2015
Kalem di tampilan, garang di lintasan. Area GP2 baginya merupakan panggung untuk mengharumkan nama bangsa.

Di usia 22 tahun, kancah F1 menantinya berlaga. Simak perbincangan Marissa Anita dengan Rio Haryanto dalam Satu Indonesia.


Rio Haryanto Makes F1 History For Indonesia




Published on Feb 24, 2016
Action and reaction as Rio Haryanto takes to the track for the first time as a full-time Formula 1 driver for Manor Racing - making history for Indonesia in the process.

Wawancara Eksklusif Rio Haryanto: Siap Harumkan Indonesia di F1

Liputan6.com, Jakarta - Rio Haryanto resmi menjadi pembalap F1 bersama Manor Racing di 2016. Pengumuman soal kepastian Rio Haryanto gabung Manor terjadi pada Kamis (18/2/2016).


Bertempat di kantor pusat Pertamina, Rio mendengarkan langsung kabar baik dari Manor lewat teleconfrence. Ini kabar yang sudah ditunggu hampir selama tiga bulan terakhir.


Kabar ini tentu sangat melegakan Rio Haryanto. Soalnya, pembalap kelahiran Solo ini sempat dilanda ketidakpastian mendapatkan satu kursi di Manor F1. 



Dia terkendala oleh kurangnya dana untuk membayar 15 juta euro yang diminta oleh Manor. Bagaimana dan apa target Rio Haryanto di F1 musim ini? Liputan6.comberkesempatan untuk mewawancarai Rio Haryanto secara ekslusif.



Silahkan simak video wawancara lengkapnya di bawah ini:




Manor sign rookie Haryanto to complete 2016 grid

18 February 2016

Rio Haryanto will become the first Indonesian driver to compete in Formula One racing after signing to race with Manor in 2016.
The 23-year-old will partner Pascal Wehrlein as part of a new-look line-up at Manor Racing - formerly Marussia - for the forthcoming season.
Haryanto has previous F1 experience, having tested for Virgin Racing at the end of 2010, and then for same team, by then renamed Marussia, in 2012 and '15. He also has a prior relationship with Manor, having first driven for them in GP3 in 2010.
Melbourne will be a huge moment for me, my country, supporters and fans...
Rio Haryanto on making his Grand Prix debut in Australia
"Melbourne will be a huge moment for me, my country, supporters and fans and I want to thank everyone who's been with me since I started in single seaters; 2016 is my chance to reward that faith and represent Asia in F1," Harytanto said. 

"Manor Racing is a team with an exciting vision and ambitious plans. They have produced a great package and I can't wait to get in the car."
Stephen Fitzpatrick, Manor Racing's owner, said that Haryanto's performance in GP2 last year - he won three times, took five podiums and finished fourth overall - had impressed his team.
"We are delighted to announce Rio as our second race driver for 2016," Fitzpatrick said. 
"Rio's been racing since he first got into a kart at six years old. He's tenacious on and off the track and made a big impression on last year's GP2 battle. 
"Rio's huge following in Indonesia is great for the team and for F1. They are keen to see him on the grid and we're confident that we'll see him enjoying some exciting battles in the year ahead."
Manor are expected to make progress in 2016, with a new chassis to compliment a deal to use the class-leading Mercedes power units.

2016 F1 GRID

Mercedes: Lewis Hamilton, Nico Rosberg
Ferrari: Sebastian Vettel, Kimi Raikkonen
Williams: Valtteri Bottas, Felipe Massa
Red Bull: Daniil Kvyat, Daniel Ricciardo
Force India: Sergio Perez, Nico Hulkenberg
Renault: Kevin Magnussen, Jolyon Palmer
Toro Rosso: Max Verstappen, Carlos Sainz
Sauber: Felipe Nasr, Marcus Ericsson
McLaren: Fernando Alonso, Jenson Button
Manor: Pascal Wehrlein, Rio Haryanto
Haas: Romain Grosjean, Esteban Gutierrez
Source : http://www.formula1.com/content/fom-website/en/latest/headlines/2016/2/manor-sign-rookie-haryanto-to-fill-2016-grid.html

Senin, 01 Februari 2016

Gurano Bintang: Spesies Unik di Bumi Cendrawasih yang Menginspirasi

 Kekayaan spesies satwa di Indonesia memang luar biasa. Satwa-satwa ini memiliki karakter yang menakjubkan sehingga kerap menjadi daya tarik penelitian dan wisata, serta menyimpan potensi atas nilai pengetahuan dan filosofis yang tinggi. Salah satunya, spesies Hiu Paus (Whale Shark). Spesies ini tercatat sebagai ikan dengan ukuran paling besar dengan nama latin Rhincodon typus. Meski berlabel menakutkan layaknya hiu, rupanya Hiu Paus memiliki karakter ‘ramah’ karena tidak menyerang dan hanya memangsa plankton serta udang dan ikan-ikan kecil.
 
Nama ‘paus’ disandang Hiu Paus lantaran ukuran dan cara makannya. Ukuran paling besar yang pernah tercatat mencapai 20 meter, sementara yang paling kecil sepanjang 55 cm (21,7 inchi). Hiu ini makan dengan menyaring, seperti yang dilakukan Paus Balin. Caranya pun unik; mereka berenang perlahan melintasi perairan yang kaya dengan plankton, dengan membuka mulut lebar-lebar. Lantas mereka ‘menanti’ plankton-plankton itu masuk terhisap ke dalam rongga mulut bersama dorongan air. Ketika mulutnya tertutup, air yang tadi terhisap dikeluarkan sementara plankton-plankton terperangkap di bagian luar gigi-geligi. Sejumlah varietas plankton mikroskopik dan nekton (lebih besar dari plankton) yang disantap Hiu Paus, antara lain jenis udang kecil, anak ikan, dan makanan tuna dan cumi-cumi. Mereka juga memamah phyto plankton (tanaman mikroskopik) dan jenis alga (tanaman yang lebih besar). 
 
Hiu Paus kerap ditemui di perairan samudera tropis yang hangat. Di Indonesia, populasinya terdeteksi di perairan Kwatisore, Papua Barat, dan sekitarnya. Masyarakat di sana menyebutnya “Ikan Gurano Bintang”, berasal dari pola warna yang unik—bintik-bintik bercahaya dan bergaris di latar yang gelap, persis gugusan bintang di langit. Dikenal sebagai ikan yang ramah terhadap masyarakat yang menangkap ikan puri (teri), setiap pagi atau sore hiu ini mendatangi para nelayan yang menanam bagan-bagan ikan puri di sekitar perairan Kwatisore untuk meminta ‘jatah makanan’. 
 
Keberadaan Hiu Paus di Perairan Kwatisore mendorong pertumbuhan wisata di daerah ini. Kini Kwatisore dikenal sebagai salah satu lokasi kunjungan favorit para turis dan para peneliti spesies laut, ditandai dengan berdirinya sebuah resort dan operator selam lokal. Kemunculan Hiu Paus di daerah ini kerap dalam jumlah yang cukup banyak, yakni antara 4-6 individu, dan dapat diamati hingga 2 jam di bagan-bagan ikan Puri yang tersebar di sekitar perairan Kwatisore. Di sana, mereka tak malu-malu bercengkrama dengan masyarakat, bahkan sering terlihat berenang bersama. Masyarakat Papua tak pernah khawatir atau was-was, karena mereka telah paham bahwa hiu-hiu raksasa itu memiliki karakter tidak menyerang.
 
Namun demikian, eksistensi Hiu Paus bukannya tidak menghadapi ancaman. Meskipun usaha perikanan komersial untuk Hiu Paus dibatasi, nyatanya permintaan terhadap produk olahan spesies ini makin meningkat alih-alih harganya yang beranjak tinggi. Selain dagingnya yang dikonsumsi sebagai bahan masakan, minyak Hiu Paus digunakan untuk melapisi kayu pada kapal dan peralatan lain, untuk industri semir sepatu, serta sebagai obat sejumlah penyakit kulit. Akibat kebutuhan tersebut, penangkapan Hiu Paus terjadi secara sporadik dan grafiknya meningkat. Di Taiwan, ada sekitar 100 individu hiu jenis ini ditangkap dan dibunuh setiap tahunnya. Penangkapan ikan Hiu Paus juga terjadi di Filipina, terutama di wilayah Visayas dan Mindanao, serta kadang-kadang di sepanjang pantai di India. Perdagangan sirip Hiu Paus pun marak terjadi di Asia Timur, terutama di Hongkong. 
 
WWF-Indonesia sejak dua tahun terakhir melakukan usaha konservasi yang intensif terhadap spesies satwa di perairan yang masuk wilayah Taman Nasional Teluk Cenderawasih, Papua, khususnya terhadap spesies Hiu Paus. Usaha ini diawali dengan pemasangan tagging untuk memantau pola ruaya hiu terbesar ini, dilanjutkan dengan pemasangansatellite tagging kerja sama WWF dengan para mitra (Mark Erdman dariConservation International dan Brent Stewart dari Hubbs-Sea World Research Institute) dan para donor (P. Yeung, D. De Jesus, dan E. Tan).
 
Hingga saat ini terpasang 50 unit RFID (Radio Frequency Identification Device) sebagai penanda individu Hiu Paus di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan dapat dipastikan bahwa jumlahnya lebih dari ini. Enam Hiu Paus di antaranya berenang di perairan ini dengan membawa satelite tag yang akan memberikan informasi data suhu, kedalaman, dan penetrasi cahaya, serta posisi Hiu Paus selama 6 bulan. Semua informasi tersebut akan sangat berguna bagi riset ekologis dan perlindungan ikan terbesar di dunia ini.
 
Demikian unik dan berharganya raksasa laut berhati lembut yang ramah dan bersahabat dengan masyarakat Papua ini, WWF-Indonesia mendedikasikan nama Gurano Bintang pada sebentuk kapal kayu bermotor. “KM Gurano Bintang” merupakan sebuah kapal motor dengan misi pendidikan dan kesehatan yang melayani masyarakat di sepanjang perairan Taman Nasional Teluk Cenderawasih sejak Oktober 2011. Kapal ini awalnya bertugas di perairan Alor, bertujuan mengajak siswa-siswa sekolah untuk mengenal segala hal tentang laut dan seisinya. Untuk mendukung kegiatannya, lambung kapal lantas dihiasi dengan gambar hasil kreativitas pemenang lomba gambar anak-anak saat peresmian kapal pada 20 April 2007, serta dilengkapi dengan perpustakaan. 
 
Nama Gurano Bintang sendiri telah ditasbihkan menjadi slogan bagi masyarakat Kwatisore yang menggunakan bahasa Suku Yaur, “O En O Himmo Tanivre”, yang artinya “Kita Jaga bersama Gurano Bintang”.

source : http://www.wwf.or.id/?28040/gurano-bintang-spesies-unik-di-bumi-cendrawasih-yang-menginspirasi

Gurano Bintang, Inspirasi untuk Teluk Cendrawasih



Whale Shark

The Whale Shark (Rhincodon typus) is the biggest fish in the sea, a charismatic marine megafauna that brings excitement and adventure to dive enthusiasts as supports thriving tourism industries in Ningaloo Marine Park in Australia, Belize, Philippines, Mexico, Seychelles, and Christmas Island.  Unfortunately, the planet's largest fish is on the verge of extinction. Whale sharks are extremely vulnerable to over exploitation by man for several reasons. They have a slow growth rate, only reaching maturity at around 30 years old and living as long as 60 - 100 years. Their reproduction rate is also very slow - long intervals between pregnancies and producing around a few hundred pups at one time. In Taiwan and India documented catches have declined from the 1980's to 2000's. In Indonesia, sightings of whale sharks have also declined significantly at sites including West Papua; North Sulawesi; North Kalimantan; Nusa Tenggara Timur; East Lombok; Bali; East Java, Karimunjawa Islands; Ciamis; Riau Islands; Aceh and Cenderawasih Bay. Few data are available on the exact time, the appearance, the size, numbers and behavior let alone the environmental factors (eg. tuna feeding, coral spawning, fish spawning) that may be causal factors to their appearance.
Based on the limited sources of information, in West Papua, local people find regular appearances of up to 4 whale sharks up to 10m in length almost all year round. These sharks are very tame and allow people to swim close while they consume fishes from fishponds. Other regular sightings of whale sharks have been recorded in waters between Indonesia and Australia. Various records showed that whale sharks made their appearances along the southern coast of West Java to the Timor Sea from January to October.
Ten individuals were recorded separately from 2002 to 2008 with sizes ranged from about 5m-12m in length. The appearance strengthens the hypothesis about the migration paths of whale sharks from Ningaloo in Australia and northeast towards southern Indonesian waters.  Some sources indicate that these sharks may make their way up north to Sulawesi and Kalimantan through the straits between islands of Java, Bali, Lombok, and Nusa Tenggara Timur. It may also be possible that the sharks migrate from Ningaloo in Australia via Sumatra, Indonesia and into the Indian Ocean. Whale shark sightings have also been recorded in other areas in central and northern Indonesia, namely the Karimunjawa Islands in the Java Sea, Northern Kalimantan, Anambas Island, and Weh Island in Aceh. Records on these sightings were mostly associated to feeding behavior as the sharks appeared in the waters where seasonal aggregation of shrimps or plankton form as well as spawning aggregation of various species of reef fish and migratory tuna stocks. Attention to the management of these sites is needed especially as reports from these sites are of whale sharks that have been captured dead, are landed by shark processors or eaten by the locals.
One of the most infamous whale sharks 'slaughters' occurred in the waters of Lembeh Strait, North Sulawesi from 1996 to1997. The international community were outraged and the media called the incident the “Manado Walls of Death” , where 18 whale sharks were caught by tiger mesh trap nets near the Tangkoko Nature Reserve, set up across the pelagic migratory channel by Taiwanese fishermen, together with 1424 manta rays, 789 marlin, 577 pilot whales, 257 dolphins, 84 green turtles, and 9 dugongs during a year of operation (http://darwin.bio.uci.edu/ ~sustain/bio65/indonesia/indon97e.htm). Anticipation and protective action were implored from the Indonesian government to stop the activity who then banned the net from being operated in Indonesia, thus to conserve whale shark, marine mammals, and sea turtles, endangered species under the Convention on Inbternational Trade of Endangered Species.
As part of the development of a marine protected area network in northern Aceh, Sumatra the WCS team is focusing on reports of whale shark sightings so that marine protected area planning will take their movements and behaviour into account. Sightings on Weh Island from 1990 to 1997 and from 2000 to 2008 during the months of September to April were of animals sized between 3 and 12 metres. There are some indications that in the 1990s, whale shark sightings were more frequent than the recent years of 2000s. As a preliminary study, this sighting information is basic to observations on whale shark ecology and movement in the region and may provide clues where these animals come from and where they travel to.
source : 
http://programs.wcs.org/indonesia/Wildlife/Whale-Shark.aspx